Budidaya Maggot Berikan Segudang Manfaat Bagi Lingkungan & Masyarakat


Arky Gilang Wahab berhasil melakukan budidaya maggot (Foto: L Darmawan/Mangobay Indonesia)

Sampah yang terus menggunung merupakan masalah yang serius, bukan hanya menyebabkan lingkungan menjadi kotor dan menimbulkan bau yang tidak sedap saja, namun juga bisa mengundang berbagai penyakit bagi masyarakat setempat bila tidak ditangani dengan serius.

Sebab itu, Arky Gilang Wahab yang merupakan warga Desa Banjaranyar, Kecamatan Sokaraja, Banyumas, Jawa Tengah ini merasa terpanggil ketika melihat banyak tumpukan sampah yang ada di sekitar tempatnya tinggal, sampah menumpuk di sudut-sudut desa Banjaranyar membuatnya risau, sehingga ia pun memutuskan untuk mencari cara agar masalah tersebut bisa segera dituntaskan.

Arky yang merupakan lulusan Teknik Geodesi Institut Teknologi Bandung (ITB) itu balik ke Banyumas pada saat tempatnya mengalami krisis sampah tahun 2018 yang lalu. Kemudian ia pun melakukan budidaya maggot demi menanggulangi masalah sampah yang meresahkan warga Banjaranyar tersebut.

Cara Membudidayakan Maggot untuk Atasi Sampah Organik

Mengawali program budidaya maggot ini, Arky memulainya dibantu oleh adik dan seorang temannya. Mereka mulai menjalankan program budidaya maggot atau larva lalat Black Soldier Fly (BSF) untuk mendekomposisi sampah organik yang ada di tiga rumah pada mulanya.

Dalam hal ini, mereka melakukan serangkaian proses, pertama-tama sampah organik yang akan diolah oleh maggot disimpan dalam wadah khusus. Wadah tersebut harus memiliki ventilasi yang baik untuk mengatur sirkulasi udara. Dan harus dipastikan bahwa sampah organik yang dimasukkan tersebut sudah dikelompokkan dan bebas dari bahan-bahan yang tidak dapat terurai.

Contoh sampah organik yang bisa diolah dalam budidaya maggot ini (Foto: Silberkugel66/Freepik)

Selanjutnya, setelah wadah dipersiapkan, dilakukanlah penyebaran maggot ke dalam sampah organik dengan jumlah yang cukup. Pada awalnya, mereka hanya bermodalkan maggot seberat 5 gram, dan maggot tersebut mulai bekerja dengan memakan sampah organik dan mengubahnya menjadi pupa lalat.

Dalam menjalankan program budidaya maggot ini, mereka tak lupa untuk selalu melakukan pemantauan suhu dan kelembaban, karena ini sangat penting dalam menjamin kinerja maggot, suhu wadah harus tetap dalam kisaran yang sesuai, yaitu antara 20-30°C agar maggot dapat berkembang dengan baik. Kelembaban juga harus dijaga agar maggot tidak mengalami dehidrasi.

Dan untuk mempercepat pertumbuhan dan perkembangan maggot, kadang perlu diberikan makanan tambahan sesuai dengan kebutuhan. Misalnya, sayuran busuk, ampas tahu, atau limbah dapur lainnya. Namun makanan tambahan tersebut harus tetap diatur jumlahnya agar maggot tidak kelebihan makanan.

Nah, setelah beberapa minggu berlangsung, maka maggot akan berubah menjadi pupa lalat. Pada tahap ini, pupa dapat dipisahkan dari sisa sampah organik dengan cara sift atau dengan bantuan alat khusus. Jadi, pupa dapat digunakan sebagai pakan ternak atau bahan baku pupuk. Sedangkan untuk sisa sampah organik yang sudah dipisahkan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kompos. Hasil kompos tersebut dapat digunakan sebagai pupuk untuk tanaman, menggantikan pupuk kimia yang berbahaya bagi lingkungan.

Upaya Arky bersama saudara dan temannya dalam menjalankan program budidaya maggot ini ternyata membuahkan hasil yang bagus. Bahkan mereka langsung mampu menghasilkan pupuk organik sejumlah 7 kilogram, dan membuat mereka semakin optimis untuk melakukan upaya budidaya maggot ini untuk jangka panjang.

Arky Terus Menggelorakan Semangat Budidaya Maggot

Melihat keberhasilan Arky dalam mengolah sampah organik dengan maggot ini, maka semakin banyak warga yang ikut mengumpulkan sampah organik juga. Dan tak perlu waktu lama, hanya dalam waktu sekitar setahun, tepatnya 2019, pihaknya mampu mengelola seluruh sampah organik di satu desa yaitu Desa Banjaranyar.

Beginilah tampilan manggot yang ada di tempat budidaya maggot milik Arky (Foto: L Darmawan/Mangobay Indonesia)

Bahkan pemerintah Banyumas memberikan dukungan berupa tempat untuk mengolah bubur sampah yang kemudian dilaksanakan di TPST. Sampah-sampah organik diantar ke tempat tersebut kemudian diolah menjadi bubur sampah untuk pakan larva maggot, bubur sampah tersebut kemudian diproses maggot untuk diolah menjadi pupuk organik.

Semakin banyak maggot yang dibudidayakan, maka kian meningkat juga jumlah sampah organik yang diserap. Bahkan pada tahun 2020 yang lalu, sampah yang diserap sebanyak 5-6 ton atau 3 truk. Sampah organik tersebut merupakan suplai dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Banyumas.

Tak berhenti di situ saja, Arky terus melangsungkan kerja sama dengan mitra lainnya, seperti para pengelola TPST yang ada di Banyumas, diantaranya ada TPST Sokaraja dan TPST Karangcegak, Sumbang. Kemudian ada kerja sama dengan TPA BLE dan tempat yang lainnya juga, sehingga mereka bahkan mampu mengolah sampah organik hingga 60 ton.

Bahkan kini, Arky masih terus berkeliling ke berbagai kota mengadakan kerja sama dengan pihak lainnya. Termasuk beberapa waktu yang lalu juga melakukan kerja sama dengan Taman Safari Indonesia (TSI) Bogor untuk membangun pengelolaan sampah, khususnya jenis organik.

Dan khusus untuk di TSI Bogor ini rencananya akan menjadi percontohan untuk TSI lainnya. Nantinya, sampah organik di TSI Bogor bakal mengolah sampah organik dengan maggot. Nanti untuk hasil panennya berupa maggot sebagai sumber protein pakan ikan, dan hasil lainnya adalah pupuk kasgot atau bekas maggot yang akan menjadi pupuk organik untuk pertanian. Diharapkan, nantinya setiap hari akan mampu menghasilkan 1 ton maggot.

Tentu upaya yang dilakukan oleh Arky ini merupakan sebuah langkah nyata yang begitu mulia, bukan hanya mampu meminimalisir keberadaan sampah yang ada, namun program budidaya maggot yang ia tekuni ini pun mampu memberikan banyak manfaat yang luar biasa.


Program Budidaya Maggot Memberikan Banyak Manfaat

Melihat upaya Arky dalam melakukan budidaya maggot ini, ternyata mampu memberikan berbagai manfaat yang besar bagi lingkungan dan masyarakat. Secara signifikan, budidaya maggot mampu menjadi pengurai limbah organik. Maggot dapat memakan limbah organik seperti sisa makanan, kotoran hewan, dan sampah organik lainnya. Proses ini membantu mengurangi akumulasi limbah organik yang dapat mencemari lingkungan.

Budidaya maggot yang dilakukan Arky memberikan banyak manfaat (Foto: L Darmawan/Mangobay Indonesia)

Dengan upaya budidaya maggot ini, maka limbah organik dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomi, seperti menjadi pakan ternak, pupuk organik, atau bahkan bahan baku industri lainnya. Hal ini tentunya dapat membantu dalam mengurangi jumlah limbah yang harus dibuang secara konvensional dan berkontribusi dalam menjaga kebersihan lingkungan.

Selain itu, budidaya maggot juga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat. Maggot merupakan sumber protein yang kaya dan berkualitas tinggi, sehingga dapat digunakan sebagai bahan pakan untuk ternak seperti ikan, ayam, babi, atau binatang peliharaan lainnya. Cara ini dapat menggantikan pakan nabati dengan pakan berbasis maggot sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas ternak.

Dan di bidang pertanian, sampah yang didekomposisi maggot (kasgot) dimanfaatkan sebagai pupuk organik, sehingga para petani bisa memiliki alternatif pemupukan di areal persawahan. Selain itu, hasil pertanian seperti padi dan sayur-sayuran pun menjadi lebih sehat karena menggunakan pupuk organik, serta tanah pertanian pun semakin subur karena terhindar dari paparan pupuk kimia atau pabrikan.

Bahkan dalam implementasinya, budidaya maggot secara komersial pun dapat memberikan penghasilan tambahan bagi peternak atau pelaku usaha di sektor pertanian dan peternakan. Selain itu, produk-produk maggot seperti pupa juga dapat dijual sebagai bahan pakan ikan hias atau insektisida alami, bahkan meningkatkan nilai ekonomi budidaya maggot.

Bahkan menariknya, budidaya maggot seperti yang dilakukan Arky ini pun mampu memberikan manfaat lain bagi masyarakat secara sosial. Salah satu manfaatnya adalah peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan limbah organik. Dengan mengolah limbah organik menjadi maggot, maka masyarakat diajak untuk lebih bertanggung jawab dalam mengelola limbah dan meminimalkan dampak negatifnya terhadap lingkungan.

Selain itu, budidaya maggot juga menciptakan peluang kerja baru bagi masyarakat sekitar. Mulai dari petani maggot hingga pedagang pakan ternak, bidang usaha ini dapat memberikan lapangan pekerjaan yang bermanfaat bagi masyarakat dan membantu mengurangi tingkat pengangguran. Apalagi kini pangsa pasar maggot masih terbuka sangat luas, bahkan permintaan setiap tahunnya terus meningkat baik dari dalam hingga luar negeri dengan nilai omset hingga ratusan juta rupiah.

Tak hanya itu, pria yang berhasil mendapat penghargaan dari Satu Indonesia Awards 2021 yang lalu untuk kategori lingkungan ini, mampu membangkitkan semangat banyak orang untuk turut bergerak mengatasi sampah dengan budidaya maggot ini, sehingga kini semakin banyak pihak yang mengajaknya untuk berkolaborasi, agar semakin banyak wilayah dan masyarakat yang mendapatkan manfaat nyata dari budidaya maggot ini.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ragam Pilihan Kuliner Saat Liburan Ke Pantai

7 Alasan Memilih Liburan Ke Pantai